![]() |
pict AHSAN/HENDRA yang Peformanya Menurun |
Para penggemar bulutangkis Tanah Air sempat dikejutkan dengan kekalahan Hendra/Ahsan di babak kedua Denmark Open Super Series Premier 2015 dari ganda Tiongkok, Liu Cheng/Lu Kai, yang peringkatnya jauh dibawah Hendra/Ahsan. Di ajang China Open Super Series Premier 2015, Hendra/Ahsan lagi-lagi tak dapat melewati babak kedua setelah dihentikan oleh pasangan non unggulan asal Tiongkok Zhang Wen/Wang Yilv.
Terkait hal ini, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rexy Mainaky pun mengambil langkah awal dengan berdiskusi bersama Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI Herry Iman Pierngadi.
“Berdasarkan hasil pembicaraan saya dan Herry, sebetulnya tidak ada masalah dengan permainan Hendra/Ahsan, cuma Ahsan memang cenderung jenuh, inilah yang mau saya cari jalan keluarnya,” ujar Rexy.
“Kami akan membantu Hendra/Ahsan untuk memperkuat kepercayaan diri mereka, termasuk dengan mengadakan program tambahan yang membantu mereka mengatasi tekanan dan perubahan dari lawan,” tambah Rexy.
Hal yang sama juga terjadi pada pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Juara Dunia 2013 dan peraih gelar hattrick All England 2012, 2013 dan 2014 ini belum berhasil menyamai prestasi tahun lalu di ajang French Open Super Series 2014 dimana kala itu mereka keluar sebagai juara. Di tahun ini, Tontowi/Liliyana ditundukkan oleh Keigo Sonoda/Naoko Fukuman dari Jepang di babak pertama.
Tontowi/Liliyana harus menerima kenyataan pahit saat kembali terhenti di babak pertama turnamen China Open Super Series Premier 2015 dari wakil Jerman, Michael Fuchs/Birgit Michels.
“Tontowi/Liliyana memang pasangan andalan, namun mereka bukan robot yang bisa menang terus. Mendekati olimpiade, jadwal pertandingan memang padat karena semua mau mengumpulkan poin, rasa jenuh pada Tontowi/Liliyana itu tentu ada,” kata Ricky Soebagdja, Kasubid Pelatnas PBSI.
“Solusinya yang pertama adalah mengatur jadwal latihan dan pengiriman ke pertandingan. Kami harus mendapat komitmen dari atlet, kalau mereka siap akan berangkat, kalau tidak ya tidak berangkat, walaupun risikonya penalti untuk turnamen kelas premier,” ujar Ricky.
Akan tetapi ditambahkan Ricky, bukan berarti atlet dapat seenaknya menyatakan bahwa mereka kurang siap untuk sebuah pertandingan, segalanya harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Ricky juga berharap pelatih dan atlet harus lebih terbuka mengenai kondisi masing-masing.
Meskipun prestasi tengah menurun, namun baik Ricky maupun Rexy percaya para pemain andalan tersebut mampu melewati masa-masa sulit dan kembali ke top performance. Soal Hendra dan Liliyana yang sudah tak muda lagi, Rexy mengatakan hal ini bukanlah suatu masalah.
“Saya rasa dengan sistem reli poin seperti ini, soal usia tidak banyak pengaruhnya. Lihat saja Lee Chong Wei dan Lin Dan yang sudah tidak muda tapi mampu bersaing dengan yang muda, mereka bermain di nomor tunggal pula,” tutur Rexy yang bersama Ricky pernah menjadi ganda putra terkuat dunia di era 90-an.
“Saya masih optimis dan saya lihat mereka masih punya peluang, yang harus kita lakukan adalah membuat mereka tetap fresh. Akan kami usahakan dalam waktu dua bulan sudah bisa terlihat hasil pembenahannya,” pungkas Rexy.
Ditambahkan Ricky, hal yang paling penting adalah mengamankan posisi kedua pasangan ini di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, termasuk mendapat posisi terbaik saat penentuan daftar unggulan.
sumber: badmintonindonesia(dot)org
Nice
ReplyDeleteWeh mas Abdul, hha
Delete